Selasa, 24 Juli 2012

Nautika

Nautika


PDF Print E-mail
Tujuan umum dari jurusan Nautika adalah melatih para lulusan SMU/SMK/MA untuk menjadi perwira Pelayaran Besar (Samudra) bidang keahlian Nautika.
Tugas dan Tanggung Jawab untuk lulusan jurusan Nautika adalah agar dapat membawa kapal penumpang dan muatannya dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain dengan selamat.
Ijazah yang diberikan untuk jurusan Nautika adalah :
  • Ijazah Akademik : Diploma III (A.Md)
  • Ijazah Profesi : ANT III (Ahli Nautika Tingkat III)
Puncak karir lulusan Jurusan Nautika di kapal adalah Captain/Nakhoda pelayaran samudra dengan ijazah ANT I (Ahli Nautika Tingkat I) dengan gelar M.Mar (Master Maritim) setara S.2
Sistem Pendidikan menggunakan sistem kredit semester dengan total kredit 110 - 120 SKS. Dibawah ini merupakan pola pengaturan waktu belajar selama masa pendidikan.
  • Semester I,II,III,IV : Kuliah teori dan praktikum Laboratorium di darat (Kampus & Pelabuhan).
  • Semester V dan  VI : praktek berlayar di Kapal (untuk pelayaran dalam dan luar negeri)
Sebelum praktek wajib mengikuti Diklat Departemen Perhubungan (Direktorat Jenderal Perhubungan Laut).
  1. BST (Basic Safety Training)
  2. PSCRB (Proficiency in Survival Craft and Rescue Boat)
  3. TF (Tanker Familiarization)
  4. Deck Watchkeeping (Ahli Nautika Tingkat Dasar)
  5. Buku Pelaut dari Syahbandar
  6. Paspor dari Imigrasi, bagi taruna yang berlayar ke luar negeri

Rabu, 18 Juli 2012

PERIKANAN TANGKAP VS PERIKANAN BUDIDAYA

PERIKANAN TANGKAP VS PERIKANAN BUDIDAYA

PERIKANAN TANGKAP
Perikanan tangkap Indonesia berada di ujung tanduk. Catatan statistik menunjukkan penurunan jumlah tangkapan secara drastis dalam 10 tahun terakhir. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia cabang Pekalongan misalnya, mencatat penurunan sebesar 75 persen dari tahun 1980-an. Pemanfaatan berlebih pada sumber daya yang terbatas, pengoperasian alat tangkap yang merusak, konflik dan sistem regulasi yang tidak memadai merupakan kontributor dalam menunjang kerusakan sumber daya perikanan. Manajemen perikanan tangkap saat ini tidak cukup hanya dengan mempertimbangkan spesies target atau populasi yang berkelanjutan, namun pemanfaatan sumber daya hayati yang berkelanjutan dapat dicapai jika dampak ekosistem terhadap sumber daya hayati dan dampak perikanan terhadap ekosistem dapat diidentifikasi secara jelas. Dengan kata lain, hal ini disebut sebagai pendekatan ekosistem terhadap manajemen perikanan tangkap (EAF).
Pengendalian perikanan tangkap masih diabaikan sehingga pada daerah dengan tren hasil tangkapan rata atau menurun dibarengi dengan hasil tangkapan per nelayan dan ukuran ikan yang menurun pula. Hal ini mengarah kepada perikanan tangkap berlebih yang selanjutnya sering terjadi konflik diantara pemanfaatan sumber daya.Salah satu elemen penting dalam manajemen perikanan tangkap adalah data dan informasi yang benar. Kewajiban pengisian log-book dan statistik belum memberikan gambaran yang sesungguhnya. Manajemen bersama melalui manajemen regional seperti CSBT, IOTC dan WCPFC diperlukan seiring dengan meningkatnya penangkapan di highsea (kawasan luar ZEE).
Kesadaran konsumen mengenai food safety mendorong adanya persyaratan khusus dan sertifikasi terhadap ikan dan produk ikan. Perkembangan lain adalah kecenderungan negara di kawasan tertentu membentuk blok perdagangan regional. Hal ini perlu disikapi oleh pemangku kepentingan dan difasilitasi Pemerintah. Globalisasi merupakan permasalahan pembangunan perikanan tangkap sejalan dengan tata ekonomi dan politik dunia. Di sisi lain, otonomi dan demokratisasi merupakan permasalahan dalam negeri yang berfokus pada pengembangan perikanan kewilayahan, pemberdayaan masyarakat serta sumber pertumbuhan perekonomian.

PERIKANAN BUDIDAYA
Kebijakan dalam pembangunan perikanan adalah Pengendalian Perikanan Tangkap, Pengembangan Perikanan Budidaya dan Peningkatan Nilai Tambah Hasil Perikanan. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Departemen Kelautan dan Perikanan berupaya meningkatkan produksi perikanan ke depan pada kegiatan perikanan budidaya.Pembangunan budidaya perikanan mempunyai peluang yang sangat besar dilihat dari lingkungan strategis dan potensi sumberdaya yang tersedia, yakni berupa: 1) peningkatan jumlah penduduk dunia membutuhkan semakin banyak penyediaan ikan; 2) pergeseran pola konsumsi masyarakat dunia ke produk perikanan; 3) tuntutan penyediaan makanan bermutu tinggi dan memenuhi syarat kesehatan; 4) keunggulan komparatif terhadap pasar dunia karena letaknya yang relatif dekat dengan negara tujuan ekspor, seperti Jepang; dan 5) memiliki potensi sumberdaya lahan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Meningkatnya permintaan ikan di masa yang akan mendorong setiap Negara untuk meningkatkan kualitas mutu sehingga dapat bersaing di pasar global. Berkaitan dengan hal tersebut, stakeholder perikanan budidaya harus melakukan 3 (tiga) hal, antara lain: (1). Produksi super efficient, yaitu para pembudidaya mampu memproduksi ikan dengan biaya yang paling murah, dengan menekan biaya produksi sedemikian rupa sehingga dapat menjual dengan harga yang lebih murah (affirdable) dibandingkan negara lain. Super Efficient dapat diwujudkan dengan menerapkan cara budidaya yang benar sehingga peluang keberhasilan tinggi, menurunkan biaya – biaya yang tidak perlu dan menggunakan sarana dan prasarana serta sumber daya alam secara tepat guna. (2). Real quality, kedepan masyarakat maju dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi akan menuntut makanan yang berkualitas terbaik dan tersedia secara kontinyu. Mutu baik berarti memenuhi standar kualitas/mutu yang dipersyaratkan (acceptable), sedangkan kontinyu berarti mutunya harus dijaga agar tidak berfluktuasi yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan konsumen, dan (3). Mega marketing, produk perikanan harus mempunyai pasar yang luas. Hal ini menuntut para pengolah/processing agar dapat menciptakan produk yang bernilai tambah dan lebih bervariasi sehingga membuka pasar yang lebih luas. Selain itu, pembudidaya akan dituntut untuk memperbanyak keanekaragaman species yang dipelihara untuk menyediakan pilihan yang lebih banyak kepada konsumen sehingga konsumen mudah mendapatkannya (accessible).
Perikanan budidaya kelak harus mampu meningkatkan konstribusinya secara nyata terhadap sektor perikanan secara keseluruhan. Keberhasilan ini dapat dicapai dengan baik, apalagi terdapat dukungan dan peran aktif semua stakeholders dari hulu sampai ke hilir, termasuk di dalamnya Masyarakat Akuakultur Indonesia.

TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO

TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)



"TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Secara ekonomis usaha budidaya ikan sangat menguntungkan dan juga sangat mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat ikan, maka tingkat kebutuhan akan daging ikan semakin meningkat.
Ketersediaan sumberdaya perairan yangluas dan sumberdaya manusia yang melimpah merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan pembangunan perikanan di Indonesia.
Ikan mas (Cyprinus carpio) banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, gurih dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), ikan mas mengandung protein 4,5 gram, karbohidrat 23,1 gram, dan lemak 0,2 gram. Selain itu mengandung kalori, fosfor (P) 134 mg, kalsium (Ca) 42 mg, besi (Fe) 1 mg, Vitamin B1 0,22 mg dan air sebanyak 71 mg. Tidak mengherankan bila minat masyarakat untuk mengosumsi ikan mas semakin meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Budidaya ikan mas semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat untuk di kembangkan dalam bentuk usaha, baik itu usaha pembenihan maupun pembesarannya. Ikan mas mas termasuk ikan konsumsi yang tergolong mudah dalam pemeliharaannya karena cenderung bersifat adaptif (mudah menyesuaikan diri) terhadap lingkungannya, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap berbagai jenis penyakit serta mempunyai peluang usaha yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan.
Didorong oleh beberapa kelebihan tersebut di atas, maka para pembudidaya ikan tertarik untuk mengusahakaanya dengan melakukan kegiatan budidaya, baik itu pembenihan maupun pembesaran dalam berbagai sistem dan intensitas budidaya. Salah satu unit lokasi usaha pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) dilakukan oleh pembudidaya ikan di Desa Partalijulu, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada praktikum ini adalah sebagai berikut.
  1. Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) yang baik dan tepat.
  2. Untuk mengetahui berbagai permasalahan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pembenihan ikan mas.
  3. Untuk mengetahui keadaan masyarakat khususnya pembenih ikan di Desa Partalijulu Tarutung.
II PEMBAHASAN
2.1 Waktu Dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 20-21 Juni 2009 di kolam pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) Desa Partalijulu Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Bahan :
  • Induk ikan mas : 2 ekor induk betina, 6 ekor induk jantan
  • Pakan
2. Alat :
  • Kolam Pembenihan :2 Unit
  • Kakaban : 8 buah
  • Kolam penetasan telur : 1 unit
2.3 Teknik Pembenihan
Pembenihan merupakan kegiatan pengelolaan reproduksi untuk megembangkan ikan yang akan dibudidayakan sehingga diperoleh benih ikan dalam jumlah banyak dan berkualitas baik. Teknik pembenihan ikan mas di kolam ikan Desa Partalijulu, Tapanuli Utara dilakukan secara alami (tradisional) dengan beberapa tahapan perlakuan sebagai berikut.
1. Persiapan Kolam Ikan.
Berhasil tidaknya budidaya itentukan oleh persiapan dan pelaksanaan yangbaik, salah satunya adalah persiapan kolam. Jika kolam sudah memenuhi syarat maka kegiatan budidaya dapat dilakukan.
Adapun persiapan-persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah persiapan kolam yang akan digunakan baik kolam untuk pemijahan, kolam penetasan telur maupun kolam benih, dengan membersihkan dan menjemur kolam dengan mengeringkan kolam terlebih dahulu selama 5-7 hari kemudian dimasukan air setinggi sekitar 40 cm.
2. Seleksi Induk
Untuk menghasilkan benih yang berkualitas baik dan jumlah telur yang banyak, maka peru seleksi induk/calon induk. Penyeleksian induk ikan mas di kolam pembenihan ikan Desa Partalijulu Tapanuli Utara dilakukan dengan menyeleksi induk jantan dan induk betina dari kolam induk.
Di kolam induk penangkapan induk betina dilakukan dengan dengan penyisiran kolam dengan menggunakan jaring yang sudah disiapkan khusus untuk menangkap induk. Setelah ditangkap induk-induk tersebut diseleksi sesuai dengan kriteria induk yang baik. Untuk mengetahui induk betina ikan mas yang matang gonad dapat dilihat dengan ciri-ciri seperti yaitu perut membesar dan lubang urogenitalnya berwarna kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan yang matang gonad lubang urogenitalya menonjol dan apabila diurut secara perlahan akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu.
3. Pemijahan
Pemijahan ikan yang dilakukan di Desa Partaijulu Tapanuli Utara adalah teknik pemijahan secara alami (international). Pemijahan biasa dilakukan pada sore hari dengan memasukan induk ke dalam kolam dengan perbandingan 1 ekor induk betina dengan bobot 1,5-3 Kg berumur sekitar 2 tahun dan induk jantan sebanyak 3-5 ekor dengan bobot 250 gram/ekor berumur sekitar 1 tahun.
Setelah induk jantan dan betina dimasukan ke dalam kolam pembenihan kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kakaban di sekitar penggir dasar kolam. Kakaban merupakan media tempat menempelnya telur. Kakaban dibuat dari ijuk yang disusun memanjang (sesuai dengan keadaan kolam), sebelum kakaban digunakan atau setelah selesai digunakan biasanya kakaban tersebut dibersihkan dan kemudian dikeringkan engan tujuan agar hama dan penyakit hilang sehingga telur yang menempel tidak terserang penyakit.
Pemasangan kakaban dilakukan dengan meletakan kakaban di tempat yang diinginkan kemudian pinggiran kakaban ditancap dengan patok (dari kayu atau bambu) , agar kakaban bisa tenggelam atau menetap di pinggiran dasar kolam.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian pakan pada ikan berupa dedak dengan melemparkannya di tengan kolam (induk ikan biasanya berkumpul di tengah kolam) hal ini bertujuan agar untuk merangsang induk untuk memijah dan diperlirakan induk melakukan pemijahan pada malam hari.
4. Pengumpulan Telur
Pada pagi hari telur-telur akan terlihat menempel di kakaban. Telur-telur tersebut kemudian dipindahkan ke kolam penetasa yang telah disiapkan sedangkan induk ikan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
Kakaban yang berisi telur kemudian di letakan dalam kolam penetasan dibawah permukaan air setinggi + 10 cm, pinggir kakaban di tancap dengan patok (dari bambu atau kayu) agar bisa tetap tenggelam. Diperkirakan telur akan menetas setelah 2-3 hari selama proses penetasan telur air harus mengalir secara kontinyu.
Penetasan telur merupakan proses pemisahan larva dari cangkangnya, sering terjadi pada waktu yang sama. Telur hasil pemijahan akan menempel pada serabut kakaban, telur yang baik kelihatan segar, mengkilap dan kelihatan bulatan kecil inti di tengahnya. Sedangkan telur yang tidak baik berwarna putih keruh. Telur yang baik akan menetas menjadi larva sedangkan telur yang kurang baik akan membusuk.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ikan mas(Cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas perikanan yang dudah dikenal masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi, mudah dibudidayakan dan mempunyai peluang usaha yang potensial bila diusahakan secara optimal dengan meningkatkan teknologi budidaya dan sistem usaha.
Salah satu kegiatan dalam budidaya ikan adalah pembenihan. Dalam kegiatan pembenihan meliputi tahapan perlakuan seperti perisapan kolam, seleksi induk, pemijahan dan pengumpulan telur.
Desa Partalijulu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara dimana sebagian besar masyarakatnya mayoritas sebagai pembudidaya ikan mas. Benih ikan mas dipasarkan dengan cara dijual secara langsung kepada petani ikan atau berhubugan dengan agen untuk kemudian dijual kepada petani ikan.
3.2 Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, maka disarankan :
1. Melakukan tahapan kegiatan pembenihan ikan mas dengan baik seuai dengan prosedur pembenihan.
2. Dalam penyeleksian induk sebaiknya dipilih induk yang benar-benar berkualitas dan bebas dari penyakit.
3. Pemberian pakan ikan dilakukan secara teratur dan baiknya menggunakan pakan yang berkualitas untuk mempercepat pertumbuhan ikan.
4. Pengelolaan kolam seperti pengeringan, pembersihan dan pemberian pupuk harus dilakukan secara teratur dan rutin.
5. Pembenihan ikan di kolam ikan Desa Partalijulu masih bersifat tradisional, perlu pengenalan teknologi budidaya yang intensif.

BUDIDAYA IKAN ARWANA

BUDIDAYA IKAN ARWANA 





BUDIDAYA IKAN ARWANA

Pendahuluan

Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder), ditunjukkan oleh betuk mulut. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Arwana dapat menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting ketinggian 1-2 meter dari permukaan air. Maka pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik.

Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder), ditunjukkan oleh betuk mulut. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Arwana dapat menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting ketinggian 1-2 meter dari permukaan air. Maka pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik.

Arwana merupakan ikan tangguh yang dapat hidup hingga setengah abad. Permintaan yang tinggi dengan ketersediaan alam yang terbatas menyebabkan eksploitasi di alam dibatasi. CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) menetapkan bahwa ikan Arwana Asia sebagai ikan yang mendapat perlindungan tertinggi.

Budidaya arwana telah berhasil dikembang sejak lama. Kegiatan ini berawal dari pembesaran di akuarium. Namun pada sekitar menjelang tahun 2000 Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar berhasil memijahkan ikan yang konon membawa hoki bagi pemiliknya, secara alami.



Jenis - Jenis Arwana
Berbagai jenis arwana asia antara lain sebagai berikut.
1. Merah
Arwana merah berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut. Akan tetapi kondisi mineral, lingkungan air gambut (black water), dan banyaknya cadangan pangan yang memadai telah mengkondisikan pengaruh yang baik terhadap evolusi warna pada ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga menyebabkan terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warnah merah yang lebih intensif, dan warna dasaryang lebih pekat.
Warna merah penuh tampak pada sirip ikan muda, pada bibir dan juga sungut. Menjelang dewasa, warna merah akan muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, terutama pada tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga tubuh ikan terlihat berwarna merah.
Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red). Keempat varietas ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan dua varietas terakhir lebih sering di anggap sebagai super red dengan grade lebih rendah.
Perbedaan antara varitas merah cabai dan merah darah dijabarkan pada tabel berikut :

Arwana Merah Cabai
Arwana Merah Darah
Tampilan Warna Seperti merah cabai Seperti merah darah
Bentuk fisik Bentuk tubuh lebih lebar, kepala berbentuk sendok lebih panjang dan lebih ramping
Lebar tubuh relatif tetap hingga menjelang pangkal ekor, bingkai sisik yang lebih tebal menyempit secara gradual
Warna mala Mata merah dan lebar sehingga pinggiran matanya seakan menyentuh bagian atas kepala dan bagian rahang bawahnya mata lebih putih dan lebih kecil
Bentuk ekor Seperti intan (diamond) Seperti kipas
Warna pada usia muda cenderung memiliki warna dasar hijau dengan kilap metalik yang pekat memiliki kilap lebih lemah dan cenderung mirip dengan RTG muda; Bentuk tubuh lebih bulat
Pertumbuhan Lebih lambat Lebih cepat
Ciri morfologi fisik kedua jenis tersebut sudah nampak saat masih muda sehingga dapat dijadikan pedoman dalam membedakan kedua varitas tersebut.
Perkembangan warna antara Merah Cabai dan Merah Darah diketahui juga berbeda. Perbedaan waktu dalam pencapaian warna merah penuh adalah 1-2 tahun. Namun kedua varitas melalui tahapan perkembangan warna yang relatif sama yaitu melalui transisi warna orange. Beberapa arwana merah mempunyai warna pucat hingga sampai 8 tahun, baru kemudian berubah ke merah penuh dalam waktu 1 bulan. Menduga potensi arwana merah memerlukan kesabaran dan usaha yang diperoleh dari pengalaman dan kesabaran.
Varietas Merah Orange (Orange Red) merupakan salah satu varietas yang umum dijumpai. Pada saat dewasa sisik tubuhnya menunjukkan warna orange. Dibandingkan dengan Chilli Red dan Blood Red, sirip dan ekor varietas ini tidak semerah keduanya.
Merah Emas (Golden red) merupakan varietas warna lain yang umum dijumpai disamping merah orange (Orange Red). Varietas ini merupakan varietas dengan grade paling rendah. Setelah dewasa warna badannya hanyalah emas kekuningan. Warna bibir dan sirip tidak semerah Super Red, tetapi berwarna merah muda atau merah jambu.
2. Golden (Cross Back, Cross Back Golden,CBG)
Golden varietas cross back merupakan bagian dari varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia, seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Oleh karena itu, mereka sering diberikan julukan sesuai dengan tempat asalnya, seperti Golden Pahang, Bukit Merah Blue atau Malaysian Gold. Disebut sebagai cross back, karena varietas ini saat dewasa memiliki warna emas penuh hingga melewati punggungnya. Varietas ini harganya relatif lebih mahal bahkan paling tinggi dibandingkan lainnya karena termasuk jarang ditemui.
CBG dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan warna dasar sisik, yaitu Purple-Based (warna dasar ungu), Blue-Based (warna dasar biru), Gold Based (warna dasar emas), dan Silver-Based (warna dasar perak). Arwana Gold dengan warna dasar emas diketahui dapat mencapai warna penuh pada usia lebih muda dibandingkan dengan varietas lain.
3. Golden (Ekor Merah, Red Tail Golden, RTG).
Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekan Baru, Sumatera. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris ke empat sisik (baris sisik dihitung dari bawah, perut), atau lebih baik bisa mencapai baris ke lima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Begitu pula dengan warna bibir, ekor, dan sirip, kedua varietas ini memiliki keragaan yang sangat mirip. RTG muda memiliki warna lebih kusam dibandingkan dengan varietas cross back muda.
RTG boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan CBG dapat tumbuh lebih besar, dan juga lebih agresif. Jumlahnya di alam relatif lebih banyak dibandingkan dengan CBG, meskipun demikian tetap merupakan varietas yang dilindungi CITES.
CBG sekilas mirip dengan ikan arowana golden red yang berasal dari negara kita. Perbedaan yang sangat mencolok dapat dilihat jika ukuran ikan sudah agak besar dengan ukuran 20 cm lebih. Pada CBG warna emas menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian punggung ikan ditutupi oleh ring yang berwarna keemasan. Sedangkan pada golden red (RTG) punggung nya tidak. berwarna keemasan tapi tetap hitam (kelabu).
Membedakan CBG dan RTG pada ukuran kecil (10-12 cm) sulit dilakukan dan perlu kehati-hatian. Perbedaan harga juga sangat mencolok. Harga CBG ukuran 12 cm dihargai lebih dari 10 juta, ukuran 20-25 cm berkisar 15-25 juta. Golden red berukuran 12 cm dihargai 2 juta, sedangkan ukuran 20-25 cm dihargai 2.5-3.5 juta.
4. Arwana Hijau
Arwana hijau ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja, dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Variasi penampakandan warna bisa saja ditemukan di masing-masing daerah. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya berwarna kelabu kehijauan dangan pola garis-garis berwarna gelap pada ekor. Kepala dan mulutnya lebih besar dan lebih membulat dibandingkan dengan jenis arwana asia lainnya.
5. Banjar Merah
Banjar Merah boleh dikatakan merupakan varietas arwana merah kelas 2 dan diketahui bukan merupakan strain murni arwana merah. Penampakannya ditunjukkan oleh warna sirip yang orange pucat, ekor berwarna orange atau kuning, dan tidak memiliki warna merah di badan maupun di pipi. Sepintas Banjar Merah muda sangat mirip dengan Arwana Merah muda, sehingga tidak jarang hal ini dapat mengecoh para hobiis baru. Banjar dicirikan juga oleh bentuk kepala yang cenderung membulat dengan mulut yang tidak terlalu lancip. Perbedaan lain dapat dilihat pada tabel berikut :
Banjar Merah
Arwana Merah Muda
Warna sirip warna sirip yang lebih muda atau cenderung orange-merah pucat. merah pekat merata pada seluruh permukaan
Warna sisik Kuning atau kehijauan Mengkilap
Bingkai sirip dan tutup insang Pink tua atau seperti karat, setelah dewasa menjadi jingga atau merah Tidak ada tampilan seperti pada Banjar
Apabila ragu dalam memilih arwana, bawalah seorang yang telah berpengalaman memelihara arwana atau belilah arwana yang telah disertifikasi dan memiliki sertifikat yang sah.
6. RED SPOTTED PEARL VS JARDINI
Arowana irian (jardini) ada 2 macam. Yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara merah. Jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas serta lebih sulit ditemui.
Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau, mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Cross back dan golden red; red spotted pearl dan jardini adalah kerabat, dengan perbedaan lingkungan yang mempengaruhi performa.
Perbedaan yang sangat mencolok adalah pada red spotted pearl, mutiara merah bertaburan secara mencolok pada tubuhnya. Sedangkan pada arowana jardini di mutiara di badannya tidak semencolok arowana red spotted pearl dari australia. Harga jardini (mutiara merah,warna dasar hijau) 12-15 cm dijual dengan kisaran harga 60-80 ribu rupiah, sedangkan arowana red spotted pearl karena langka di Indonesia dihargai 1.3-1.5 juta rupiah.
Arwana tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Tetapi sensitif terhadap perubahan kualitas air, terutama terhadap peningkatan kadar amonia, nitrit dan nitrat.

Kualitas Air Untuk Budidaya Arwana
pH.
Arwana dapat hidup pada selang pH cukup lebar. Namun disarankan agar mereka dipelihara sesuai dengan kondisi aslinya di alam yaitu pada selang pH netral sampai agak masam (pH 6.0 -7.0).
Kesadahan.
Arwana berasal dari perairan dengan kesadahan rendah, oleh karena itu direkomendasikan untuk memeliharanya pada selang kesadahan ini (GH 8°). Arwana silver dapat hidup pada kisaran GH 4-10.
Temperatur.
Arwana direkomendasikan untuk diperlihara pada selang suhu 26 – 30 °C. Seperti halnya jenis ikan yang lain, hindari terjadinya perubahan suhu mendadak. Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan shock pada ikan yang bersangkutan, dan dapat memicu berbagai masalah. Suhu terlalu tinggi untuk jangka waktu lama diketahui dapat menyebabkan tutup insang menggulung, hal ini tentu akan sangat menggangggu keindahan ikan tersebut.
Pencahayaan.
Sebaiknya di area terang tanpa sinar matahari secara langsung.
Arwana bukan termasuk ikan yang sulit dipelihara, hanya perlu beberapa saat setiap hari atau beberapa jam setiap minggu untuk merawat dan mencek kondisi ikan dan lingkungannya.

Wadah Budidaya
1. Kolam

Pemeliharaan induk arwana sebaiknya dilakukan di kolam. tanah. Lokasi untuk kolam perlu mempetimbangkan :
  • Tanah
    Jenis Tanah yang baik adalah tanah Nat berlempung yang dapat menahan air dan mendukung pertumbuhan pakan alami.
  • Topografi
    Perbedaan derajat kemiringan antara saluran pemasukan dan pengeluaran maksimal 1%.
  • Air
    Suplai air yang memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang dibutuhkan.
  • Kolam yang ideal berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal 10x10m2. Persiapan kolam sebelum tanam yaitu :
  • Pengeringan kolam hingga dasar retak-retak
  • Pembalikan dasar kolam, perbaikan pematang
  • Pengapuran dengan dosis 50-100 gram/m2
  • Perngisian air setinggi 100 cm
  • Hujan deras dapat mengakibatkan perubahan mendadak kualitas air. Untuk mencegah kematian ikan, ganti air (setelah hujan berhenti) minimal 30% dari total volume air.
    2. Akuarium
    Sebagai ikan hias, arwana dapat dipelihara dalam akuarium. Secara umum, semakin besar ukuran akuarium akan semakin baik, karena arwana memerlukan ruang gerak yang cukup luas. Ukuran akuarium minimal 3 kali dari panjang ikan dengan lebar 1. 5 kali panjang ikan. Akuarium ditempatkan di area yang jauh dari gangguan, untuk menghindari stress pada ikan. Tutup akuarium dengan tutup yang rapat dan kuat karena arwana dapat melompat atau mendorong tutup ke luar akuarium.
    Setelah arwana berumur 4 bulan, pemeliharaan mulai dilakukan secara terpisah pada akuarium ukuran 75 x 45 x 45 cm untuk menghindari perkelahian antar ikan. Pemeliharaan 2-3 ekor arwana dalam satu akuarium perlu dihindari, mengingat sifat agresif akan menyebabkan perkelahian. Namun diperbolehkan pemeliharaan 6 ekor sekaligus, karena sifat agresif arwana menjadi sangat berkurang.
    Untuk merangsang keluarnya warna yang bagus dan pembentukan kromatofora, perlu diberikan pencahayaan buatan minimal 10-12 jam per hari. Hindari penyalaan lampu secara mendadak, yang bisa menyebabkan panik, sehingga ikan menabrak kaca atau benda lainnya dalam akuarium dan ikan menjadi terluka. Manipulasi pencahayaan sering dapat menimbulkan pantulan warna ikan dengan lebih baik. Letakkan lampu di bagian depan akuarium, dan set sudut reflektor sedemikan rupa sehingga bisa memberikan pantulan yang optimal. Banyak pilihan lampu dijual dipasaran dengan spektrum bervariasi, lampu berspektrum penuh akan secara alamiah memantulkan wama-warna alami dari ikan.
    Pada waktu 6-7 bulan setelah ikan dapat berenang bebas, ukuran mencapai 20-25 cm dan dapat dipasarkan.
    Perawatan Akuariurn
    Sebagai karnivora, arwana akan memproduksi kotoran dalam jumlah relatif banyak dengan kandungan unsur nitrogen tinggi. Oleh karena itu, kadar amonia, nitrit, dan nitrat dalam akuarium arwana sering kali menjadi masalah.
    Penggantian air dilakukan untuk memperbaiki kualitas air yang telah menurun akibat banyaknya kotoran ikan. Oleh karena itu dalam penggantian air yang menggunakan sistem siphon (menggunakan selang air) sekaligus untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran ikan dan juga kotoran yang melekat pada kaca. Penggantian air cukup dilakukan 2 atau 4 minggu sekali dan tidak perlu seluruh air diganti tetapi cukup sejumlah 30-50 % dari total air. Perlu diperhatikan bahwa suhu dan pH air pengganti harus relatif sama dengan air akuarium. Hindari terjadinya fluktuasi kualitas air saat melakukan penggantian air.
    Bersamaan dengan penggantian air dilakukan juga pembersihan media filter mekanik yang digunakan.
    Pakan hidup merupakan jenis pakan utama bagi arwana yang termasuk karnivora. Pakan yang diberikan hendaknya bervariasi untuk menekan resiko kekurangan gizi tertentu.
    Beberapa jenis pakan yang sering diberikan pada arwana adalah ikan hidup, udang hidup, potongan udang segar, potongan daging ikan segar, serangga (jangkrik, kecoa, kelabang), cacing/ulat (cacing sutera, cacing tanah, cacing darah, ulat hongkong) dan kodok.
    Penggunaan pakan hidup perlu didahului dengan tindakan karantina yang memadai untuk menghindari masuknya bibit penyakit. Terutama pakan hidup yang berasal atau hidup dalam air, seperti udang, ikan, atau kodok. Hindari memberikan serangga atau kodok mati, kecuali anda yakin betul tidak berasal dari area tercemar insektisida.
    Sebelum memberikan pakan hidup, bagian-bagian tubuh pakan yang diperkirakan dapat melukai mulut ikan dibuang terlebih dahulu. Seperti kaki belakang kecoa dan jangkrik, atau rostrum (duri pada kepala) udang. Dapat juga pakan hidup tersebut dilemahkan sebelum diberikan pada ikan, agar tidak terjadi “kejar-mengejar” berlebihan dalam ruang akuarium yang sempit. Arwana yang mengalami kelebihan pakan dalam jangka lama, akan kehilangan nafsu makan selama beberapa hari bahkan beberapa minggu.
    Pakan buatan merupakan hasil ramuan dengan komposisi yang mencukupi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan arwana dengan cara melatih dan membiasakan agar arwana mau memakannya.
    Teknik Pemisahan Skala Kecil di Kolam Semen
    1. Pemeliharaan Induk
    Induk dipelihara dalam kolam berukuran 5 x 5 m dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Kolam ditutup plastik setinggi 0,75 m untuk mencegah lompatan ikan.
    Ruangan pemijahan dibangun di pojok perkolaman dan ditambah dengan beberapa kayu gelondongan untuk memberikan kesan alami. Batu dan kerikil dihindari karena dapat melukai ikan atau dapat tercampur pakan secara tidak sengaja.
    Kolam pembesaran dibangun di area tenang dan ditutup sebagian, dan dijauhkan dari sinar matahari langsung. Induk dipelihara dalam kolam pembesaran hingga mencapai matang gonad.
    Pengelolaan Kualitas Air
    Kualitas air dijaga agar mendekati lingkungan alami arwana yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Penggantian air dilakukan sebanyak 30-34% dari total volume dengan air deklorinisasi.
    Pemberian Pakan
    Keseimbangan gizi sangat penting bagi kematangan gonad dan pemijahan. Induk diberikan pakan bervariasi yang mengandung kadar protein tinggi. Pakan diberikan setiap hari dalam bentuk ikan/udang hidup atau runcah, dan ditambah pelet dengan kadar protein 32 %. Jumlah pemberian pakan per hari adalah 2 % dari bobot total tubuh.
    Kematangan gonad
    Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-60cm.
    Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya antara bulan Juli dan Desember. Induk jantan di alam akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika larva mulai dapat berenang.
    Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.
    Pembedaan Kelamin
    Juvenil sulit dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.
    Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.
    Kebiasaan Pemijahan
    Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lain jenis. Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).
    Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan, Jantan membuahi telur dan kemudian mengumpulkan telurdi mulitnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm dan kaya akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.
    2. Panen Larva
    Inkubasi telur secara normal adalah membutuhkan 8 minggu. Untuk memperpendek waktu, telur yang sudah dibuahi dapat dikeluarkan dari mulut pejantan 1 bulan setelah pemijahan. Induk jantan ditangkap dengan sangat hati-hati dengan jaring halus lalu diselimuti dengan handuk katun yang basah untuk menghindari ikan memberontak dan terluka.
    Untuk melepaskan larva dari mulut induk jantan, tarik perlahan bagian bawah mulut dan tubuh ditekan ringan. Larva dikumpulkan dalam wadah plastik dan diinkubasikan dalam akuarium. Jumlah larva yang dapat mencapai 25-30 ekor.
    Teknik Pembenihan
    Setelah dikeluarkan dari mulut pejantan, larva diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45x45x90 cm. Temperatur air 27-29 °C menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.
    Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %.
    Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal. Pada tahap ini, pakan hidup pertama harus mulai diberikan untuk mencegah larva saling Ketika ukuran larva mencapai 8,5 cm atau berumur 7 minggu, kuning telur terserap secara penuh dan larva dapat berenang bebas.
    Pemeliharaan Larva
    Tambahan pakan hidup yang dapat diberikan seperti cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut arwana.
    Larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.
    Teknik Transportasi
    Arwana bila gelisah gampang sekali melakukan “jumping” atau menabrak-nabrak. Bila satu saja sisiknya terlepas akan terlihat kurang indah. Juga bisa mengakibatkan sirip robek dan patah.
    Tubuh yang rusak bisa mengalami regenerasi, namun mungkin pula menjadi cacatdan mengurangi keindahan penampilan, apalagi ada hal-hal yg bisa memperparah luka-lukanya (misalnya infeksi, pertumbuhan bekas luka yg lambat/delay). Untuk itu arwana perlu dilumpuhkan agar tidak dapat berontak dalam proses pemindahan antar akuarium maupun transportasi jarak jauh. Dosis pembiusan diatur sedemikian rupa bergantung keperluan. Untuk transportasi jarak jauh, arwana dilumpuhkan gara tidak dapat berontak namun tidak sampai terbalik dan masih bisa berenang. Pemindahan antar arwana akuarium menggunakan dosis ringan, yang penting arwana tidak dapat berontak.
    1. Persiapan Pre-anestesi :
  • Puasakan arwana selama 1-2 hari.
  • Lama puasa bergantung ukuran tubuh, jenis dan kebiasaan arwana buang kotoran (lancar atau tidak). Semakin besar ukuran arwana maka semakin lama waktu puasa, untuk menghindari arwana muntah atau mengeluarkan kotoran.Untuk arwana berukuran kecil (
  • Siapkan air tampungan yang sudah teraerasi minimal 24 jam.
  • Kondisi arwana tidak mengalami gangguan pernapasan, tidak ditemukan kelainan pada tutup insang.
  • Alat dan Bahan
    • Plastik dengan lebar sepanjang badan arwana.
    • Wadah bak untuk tempat kantong plastik yang berisi arwana
    • Air segar, air yang telah diaerasi yg mencukupi minimal 24 jam. Hindari bahan-bahan kimia lain yang terlarut.
    • Bahan : Aquadine” cair
    Prosedur Pelaksanaan :
  • Tangkap arwana dalam akuarium dengan tenang kantong plastik.
  • Masukkan cairan bius dalam plastik kira-kira 1 cc/lt.
  • Bila sudah terlihat tidak bisa melompat, angkat kantong plastik.
  • Perhatikan apakah perlu ditambahkan lagi cairan bius untuk
    menurunkan kesadaran sampai arwana menjadi terbalik, tunggu reaksi bius beberapa menit.
  • Jaga arwana selalu tenggelam dalam air, untuk menghindari kembung.
  • Bila sudah tidak berontak, perhatikan gerakan tutup insang harus terlihat bergerak. (Dalam waktu kurang dari 5 menit, arwana mulai gelisah dan kehilangan keseimbangan dan tidak banyak bergerak. Karena bagian tubuhnya yg berat ada di bagian atas, maka arwana mulai terbalik. Badannya mulai kaku/ kejang. Perhatikan gerakannya, terutama gerakan insang yg menunjukkan masih adanya usaha untuk bernapas.
  • Untuk keperluan foto dan pengukuran, angkat ke tempat yang telah dipersiapkan dan lakukan secepat mungkin, bila terlalu lama di luar air bisa kembung.
  • Paska Pembiusan :
    • Masukkan kembali ke dalam akuarium dengan air yang tidak mengandung bahan kimia lain. Jaga di bawah kucuran air, dalam air dekat permukaan.
    • Arwana mulai siuman, jaga jangan sampai terbentur benda-benda di sekelilingnya.
      Efek samping :
    • Obat bius tanpa pengenceran yang mengenai sisik arwana menyebabkan iritasi selaput lendir dan menimbulkan alergi pada beberapa orang.
    • Bila arwana kembung, bisa disiapkan larutan daun ketapang kering yang tua dituangkan dalam akuarium, suhu dinaikkan level air direndahkan. Arwana yang kembung dicirikan tidak dapat menyelam ke dasardan berenang nungging.
    • Bila pembiusan terlalu dalam biasanya gerakan tubuh mulai jarang, gerakan insang juga demikian. Pembiusan lebih dalam lagi akan mengurangi kekejangan otot, saat tersebut insang juga tidak ada gerakan, ikan berada pada posisi mengambang. Untuk mengatasinya tambahkan air segar untuk mengencerkan dosis obat bius atau di ceburkan ke tank bersih dibawah kucuran air.

    Budidya Ikan Bandeng

    Budidya Ikan Bandeng



    PENDAHULUAN

    Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah) Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish)
    Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak. Ikan muda (disebut nener), dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap.


    Morfologi ikan
    Tubuhnya berbentuk memanjang, padat, pipih, dan oval. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2 - 5,5), kepala tidak bersisik. Mulut terletak di ujung dan berukuran kecil. Rahangnya tanpa gigi. Mata tertutup oleh kulit bening (subcytuneus).
    Tutup, insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi, semua tertutup selaput membran branhiostegi. Sirip dada terletak dekat/di belakang tutup, insang dengan rumus jari-jari PI. 16-17. Sirip, perut terletak di bawah perut, dengan rumus jari-jari VI. 10-11. Sirip dubur terletak dekat anus dengan rumus jari-jari A 11. 8-9 Garis sisi (Linea lateralis) terletak memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir pada bagian tengah sirip ekor.

    Kebiasaan Hidup Ikan
    Mereka hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan coral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 – 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak. Ikan muda ini dikumpulkan dari sungai-sungai (disebut nener) dan diternakkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan sangat cepat. Setelah cukup besar bandeng biasanya dijual segar atau beku, serta dikukus atau diasap.

    Pemilihan Lokasi Budidaya
    Ikan ini mampu menghadapi perubahan kadar garam yang sangat besair (eurihalin). Oleh karena itu, ikan laut ini bisa juga hidup di air payau dan air tawar. Lokasi ideal budi dayanya pada laguna di daerah pantai dan teluk terlindung yang aliran arusnya atau pergantian airnya lebih dari i00%/hari. Beberapa aspek teknis dalam pemilihan lokasi budi daya bandeng dalam KJA adalah :
    1. Penempatan karamba harus di lokasi perairan yang bebas dari pencemaran.
    2. Terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar.
    3. Sirkulasi air akibat pasang surut dan arus tidak terlalu kuat (optimum 20-50 cm/dt).
    4. Kurang organisme penempel (biofouling).
    5. Fluktuasi salinitas tidak terlalu besar (<5 ppt). 6. Oksigen terlarut tidak kurang dari 4 mg/l.

    Wadah Budi Daya

    Pemeliharaan bandeng di KJA laut memerlukan wadah berupa keramba jaring, rakit berikut pelampung, dan jangkar. Ukuran rakit disesuaikan dengan ketersediaan bahan, dan jenis komoditas budi daya. Ukuran rakit biasanya 5 m x 5 m, 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m, yang dapat memuat 4-16 karamba jaring ukuran 2 M X 2 M X 2 M.
    Untuk pemeliharaan bandeng pada bulan pertama (ukuran ikan <20 g/ekor) digunakan karamba yang terbuat dari jaring hijau atau hitam. Masuk bulan ke 2 baru dipindahkan ke dalam karamba yang terbuat dari jaring trawl. Setiap karamba dilengkapi dengan penutup untuk menghindari kemungkinan lolosnya ikan pada saat ada goncangan. Pergantian karamba dilakukan sekali sebulan untuk menghindari terjadinya penempelan biofouling yang dapat mengganggu sirkulasi air.

    Pengelolaan Budidaya
    Penyediaan benih Kini sebagian besar benih bandeng diperoleh dari hatchery, tidak lagi dari alam. Penebaran benih Benih yang ditebar dalam KJA sebaiknya berukuran gelondongan. Hal ini disebabkan nener belum mampu mengatasi pengaruh lingkungan perairan yang berarus dan bergelombang. Keuntungan lain penggunaan gelondongan adalah benih dapat tumbuh cepat sehingga mempersingkat waktu pemeliharaan.
    Padat penebaran sangat tergantung pada ukuran ikan dan wadah budi daya. Sifat perenang cepat dan melawan arus perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan padat penebaran. Padat penebaran ikan berukuran 3 g sebesar 200-30o ekor/m3. Adapun padat tebar ikan berukuran 100-15o g/ekor adalah 125 ekor/m3.
    Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00-08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari ikan stres aldbat perubahan kondisi lingkungan perairan. Adaptasi salinitas hendaknya dilakukan sebelum benih ditebar dan disesuaikan dengan salinitas perairan di lokasi KJA.
    Transportasi bandeng ke karamba dapat dilakukan dengan penggunaan kantong plastik berisi air 5-10 l dan oksigen dengan perbandingan 1 : 2. Padat penebaran gelondongan ukuran 10 cm sekitar 5o ekor/kantong, dengan waktu tempuh sekitar 5-6 jam.

    Pendederan
    Pendederan nener dapat dilakukan di petakan tambak, bak terkontrol, maupun hapa yang ditancapkan di tambak. Pendederan umumnya berlangsung selama 80 hari. Pendederan bertujuan untuk mendapatkan gelondongan bandeng berukuran 75—100 g/ekor. Selama tahap pendederan pertambahan bobot ikan per hari berkisar 40-50 mg.

    pembesaran
    Lama pembesaran untuk mencapai ukuran di atas 300 g dengan benih berukuran sekitar 3 g adalah 12o hari. Adapun lama pembesaran untuk mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) dengan berat benih 20 g selama 5 bulan

    Pemberian pakan
    Pakan utama bandeng terdiri dari organisme plankton, benthos, detritus, dan epifit. Dalam budi daya bandeng sekarang, digunakan juga pakan ikan buatan (pelet). Budi daya bandeng dalam KJA sepenuhnya mengandalkan pada pakan buatan dengan kandungan proteinnya berkisar 20-30%.
    Umumnya pakan diberikan sebanyak 10-30% dari total bobot ikan/hari. Waktu pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari (pagi, siang, dan sore). Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar pakan tidak banyak terbuang. Pemberian pakan dapat juga dengan metode satiasi (sekitar 90% ikan dalam kondisi kenyang).
    Pertumbuhan ikan perlu dipantau setiap bulan. Tujuannya sebagai acuan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan.

    Panen
    Bandeng dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi (300-500 g/ekor) dengan lama pemeliharaan 4-5 bulan dari gelondongan. Sementara itu, bandeng super dapat dipanen setelah berukuran 800 g/ekor dengan masa pemeliharaannya selama 120 dari gelondongan ukuran 100-150 g/ekor. Tingkat produktivitas bandeng dalam KJA ditentukan oleh faktor laju pertumbuhan, sintasan, kuantitas, dan kualitas pakan serta pengelolaan budi daya. Panen bisa dilakukan secara selektif atau total dengan menggunakan seser.

    “BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR IKAN MOLLY (POELICIA LATIPINNA SAILFIN MOLLY)”

    “BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR IKAN MOLLY (POELICIA LATIPINNA SAILFIN MOLLY)”




    “BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR
    IKAN MOLLY (POELICIA LATIPINNA SAILFIN MOLLY)”

    Oleh :
    YUNIAS DAO
    NPM 08. 00. 001


    PENDAHULUAN
    Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis Ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.
    Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly) adalah salah satu komoditi ikan hias air tawar di Indonesia. Ikan Molly termasuk dalam jenis ikan “live brearer” (melahirkan). Ikan ini bersifat omnivore. Ukuran tubuhnya relatif cukup besar, maksimal sekitar 12 cm. Hingga kini sudah banyak varietas yang beredar di pasaran dengan warna dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan dan mutasi. Molly balon, misalnya, yang bertubuh seperti bola akan tampak sangat bagus seperti maskoki mini bila ukurannya sudah besar.

    CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
    Induk Jantan
    1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang
    merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
    2. Tubuhnya ramping
    3. Warnanya lebih cerah
    4. Sirip punggung lebih panjang
    5. kepalanya agak besar

    Induk Betina
    1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
    2. Tubuhnya gemuk
    3. Warnanya kurang cerah
    4. Sirip punggung biasa
    5. kepalanya Agak runcing

    TEKNIK PEMIJAHAN
    1. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah
    2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang
    3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.

    PERAWATAN BENIH
    1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
    2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
    3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
    4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
    5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.

    Kandungan Zat dalam Air Laut

    Kandungan Zat dalam Air Laut


    Air laut, asin memang rasanya. Namun tidak hanya garam saja yang terkadung dalam air laut yang asin ini. Saya sering melihat air laut pada malam hari, terkadang seperti menyala kehijauan saat air terciprat atau bergerak karena ada hewan air yang berenang di permukaannya. Awalnya saya pikir itu hewan air yang memang mempunyai cahaya seperti kunang-kunang air. Tetapi lama kelamaan saya sangsi juga dengan pendapat saya. Pada suatu kali saya memainkan lure pancing saya di air, padahal saat itu disana tidak ada ikan atau hewan air dipermukaan, tetapi saat saya menggerakkan lure, terlihat lure saya berwarna hijau, setiap gerakan air laut memantulkan cahaya hijau. Kemudian saya angkat lure, saya benturkan kemudian dari mata kailnya saat dibenturkan ada tersirat cahaya hijau tapi tidak lama langsung hilang. Seperti cahaya pospor, apa mungkin laut itu juga mengandung pospor? Dari rasa penasaran itu saya coba cari tahu dan saya coba sharing-kan disini.
    Air laut merupakan air dari laut atau samudra. Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Air laut memang berasa asin karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter air laut (1000 ml) terdapat 35 gr. Garam. Kandungan garam di setiap laut berbeda kandungannya. Laut yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya merupakan bagian dari laut Baltik. Laut yang paling asin adalah Laut Merah (dimana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit air masuk dari sungai-sungai). Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya Natrium, Kalium, Kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjdai asin karena banyak mengandung garam.
    Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100 °C) karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau tinggi/besar sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.
    Pada suatu blog saya dapatkan informasi bahwa kadar garam-garaman dalam air laut mempengaruhi sifat fisis air laut seperti densitas, kompresibilitas, titik beku dan temperatur. Beberapa sifat seperti viskositas, daya serap cahaya tidak terpengaruh signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut adalah daya hantar listrik dan tekanan osmosis. Namun hal ini belum saya mengerti sepenuhnya. Yang saya tangkap dari penjelasan blog itu bahwa zat-zat garam-garaman yang uitama yang terkandung dalam air laut adalah Klorida (55%), Natrium (31%), Sulfat (8%), Magnesium (4%), Kalsium (1%), Potasium (1%) dan sisanya kurang dari 1% terdiri dari Bikarbonat, Bromida, Ssam Borak, Strontium dan Florida.
    Setelah membaca beberapa sumber ternyata tidak ada saya temukan pospor di dalam air laut. Terus dari mana ya itu warna kilatan hijau saat air laut memercik? Sampai sekarang saya belum tahu. Saya sempat bertanya pada kolom komentar pada salah satu blog yang jadi sumber bacaan saya ini, semoga cepet ada pencerahan. Atau anda bisa membaca langsung pada blog terkait yang jadi sumber postingan saya ini di bawah ini. Informasi selanjutnya menyusul, semoga bisa membantu J.