TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)
1.2 Latar Belakang
Secara ekonomis usaha budidaya ikan sangat
menguntungkan dan juga sangat mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat.
Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat ikan, maka tingkat kebutuhan akan daging ikan semakin meningkat.
Ketersediaan
sumberdaya perairan yangluas dan sumberdaya manusia yang melimpah
merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan pembangunan
perikanan di Indonesia.
Ikan mas (Cyprinus carpio) banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, gurih dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), ikan mas
mengandung protein 4,5 gram, karbohidrat 23,1 gram, dan lemak 0,2 gram.
Selain itu mengandung kalori, fosfor (P) 134 mg, kalsium (Ca) 42 mg,
besi (Fe) 1 mg, Vitamin B1 0,22 mg dan air sebanyak 71 mg. Tidak
mengherankan bila minat masyarakat untuk mengosumsi ikan mas semakin meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Budidaya ikan mas semakin
berkembang dan diminati oleh masyarakat untuk di kembangkan dalam
bentuk usaha, baik itu usaha pembenihan maupun pembesarannya. Ikan mas mas termasuk ikan konsumsi yang tergolong mudah dalam pemeliharaannya karena cenderung bersifat adaptif (mudah menyesuaikan diri)
terhadap lingkungannya, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap
berbagai jenis penyakit serta mempunyai peluang usaha yang potensial
untuk dimanfaatkan dan dikembangkan.
Didorong oleh beberapa kelebihan tersebut di atas, maka para pembudidaya ikan tertarik untuk mengusahakaanya dengan melakukan kegiatan budidaya, baik itu pembenihan maupun pembesaran dalam berbagai sistem dan intensitas budidaya. Salah satu unit lokasi usaha pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) dilakukan oleh pembudidaya ikan di Desa Partalijulu, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada praktikum ini adalah sebagai berikut.
- Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) yang baik dan tepat.
- Untuk mengetahui berbagai permasalahan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pembenihan ikan mas.
- Untuk mengetahui keadaan masyarakat khususnya pembenih ikan di Desa Partalijulu Tarutung.
II PEMBAHASAN
2.1 Waktu Dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 20-21 Juni 2009 di kolam pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) Desa Partalijulu Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Bahan :
- Induk ikan mas : 2 ekor induk betina, 6 ekor induk jantan
- Pakan
2. Alat :
- Kolam Pembenihan :2 Unit
- Kakaban : 8 buah
- Kolam penetasan telur : 1 unit
2.3 Teknik Pembenihan
Pembenihan merupakan kegiatan pengelolaan reproduksi untuk megembangkan ikan yang akan dibudidayakan sehingga diperoleh benih ikan dalam jumlah banyak dan berkualitas baik. Teknik pembenihan ikan mas di kolam ikan Desa Partalijulu, Tapanuli Utara dilakukan secara alami (tradisional) dengan beberapa tahapan perlakuan sebagai berikut.
1. Persiapan Kolam Ikan.
Berhasil tidaknya budidaya itentukan oleh persiapan dan pelaksanaan yangbaik, salah satunya adalah persiapan kolam. Jika kolam sudah memenuhi syarat maka kegiatan budidaya dapat dilakukan.
Adapun
persiapan-persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah persiapan
kolam yang akan digunakan baik kolam untuk pemijahan, kolam penetasan
telur maupun kolam benih, dengan membersihkan dan menjemur kolam dengan
mengeringkan kolam terlebih dahulu selama 5-7 hari kemudian dimasukan
air setinggi sekitar 40 cm.
2. Seleksi Induk
Untuk menghasilkan benih yang berkualitas baik dan jumlah telur yang banyak, maka peru seleksi induk/calon induk. Penyeleksian induk ikan mas di kolam pembenihan ikan Desa Partalijulu Tapanuli Utara dilakukan dengan menyeleksi induk jantan dan induk betina dari kolam induk.
Di
kolam induk penangkapan induk betina dilakukan dengan dengan penyisiran
kolam dengan menggunakan jaring yang sudah disiapkan khusus untuk
menangkap induk. Setelah ditangkap induk-induk tersebut diseleksi sesuai
dengan kriteria induk yang baik. Untuk mengetahui induk betina ikan mas
yang matang gonad dapat dilihat dengan ciri-ciri seperti yaitu perut
membesar dan lubang urogenitalnya berwarna kemerahan. Sedangkan untuk
induk jantan yang matang gonad lubang urogenitalya menonjol dan apabila diurut secara perlahan akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu.
3. Pemijahan
Pemijahan ikan yang
dilakukan di Desa Partaijulu Tapanuli Utara adalah teknik pemijahan
secara alami (international). Pemijahan biasa dilakukan pada sore hari
dengan memasukan induk ke dalam kolam dengan perbandingan 1 ekor induk
betina dengan bobot 1,5-3 Kg berumur sekitar 2 tahun dan induk jantan
sebanyak 3-5 ekor dengan bobot 250 gram/ekor berumur sekitar 1 tahun.
Setelah
induk jantan dan betina dimasukan ke dalam kolam pembenihan kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan kakaban di sekitar penggir dasar kolam.
Kakaban merupakan media tempat menempelnya telur.
Kakaban dibuat dari ijuk yang disusun memanjang (sesuai dengan keadaan
kolam), sebelum kakaban digunakan atau setelah selesai digunakan
biasanya kakaban tersebut dibersihkan dan kemudian dikeringkan engan
tujuan agar hama dan penyakit hilang sehingga telur yang menempel tidak terserang penyakit.
Pemasangan
kakaban dilakukan dengan meletakan kakaban di tempat yang diinginkan
kemudian pinggiran kakaban ditancap dengan patok (dari kayu atau bambu) ,
agar kakaban bisa tenggelam atau menetap di pinggiran dasar kolam.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian pakan pada ikan berupa dedak dengan melemparkannya di tengan kolam (induk ikan biasanya
berkumpul di tengah kolam) hal ini bertujuan agar untuk merangsang
induk untuk memijah dan diperlirakan induk melakukan pemijahan pada
malam hari.
4. Pengumpulan Telur
Pada
pagi hari telur-telur akan terlihat menempel di kakaban. Telur-telur
tersebut kemudian dipindahkan ke kolam penetasa yang telah disiapkan
sedangkan induk ikan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
Kakaban
yang berisi telur kemudian di letakan dalam kolam penetasan dibawah
permukaan air setinggi + 10 cm, pinggir kakaban di tancap dengan patok
(dari bambu atau kayu) agar bisa tetap tenggelam. Diperkirakan telur
akan menetas setelah 2-3 hari selama proses penetasan telur air harus mengalir secara kontinyu.
Penetasan
telur merupakan proses pemisahan larva dari cangkangnya, sering terjadi
pada waktu yang sama. Telur hasil pemijahan akan menempel pada serabut
kakaban, telur yang baik kelihatan segar, mengkilap dan kelihatan
bulatan kecil inti di tengahnya. Sedangkan telur yang tidak baik
berwarna putih keruh. Telur yang baik akan menetas menjadi larva
sedangkan telur yang kurang baik akan membusuk.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ikan mas(Cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas perikanan yang dudah dikenal masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi, mudah dibudidayakan dan mempunyai peluang usaha yang potensial bila diusahakan secara optimal dengan meningkatkan teknologi budidaya dan sistem usaha.
Salah satu kegiatan dalam budidaya ikan adalah
pembenihan. Dalam kegiatan pembenihan meliputi tahapan perlakuan
seperti perisapan kolam, seleksi induk, pemijahan dan pengumpulan telur.
Desa
Partalijulu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten
Tapanuli Utara dimana sebagian besar masyarakatnya mayoritas sebagai pembudidaya ikan mas. Benih ikan mas dipasarkan dengan cara dijual secara langsung kepada petani ikan atau berhubugan dengan agen untuk kemudian dijual kepada petani ikan.
3.2 Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, maka disarankan :
1. Melakukan tahapan kegiatan pembenihan ikan mas dengan baik seuai dengan prosedur pembenihan.
2. Dalam penyeleksian induk sebaiknya dipilih induk yang benar-benar berkualitas dan bebas dari penyakit.
3. Pemberian pakan ikan dilakukan secara teratur dan baiknya menggunakan pakan yang berkualitas untuk mempercepat pertumbuhan ikan.
4. Pengelolaan kolam seperti pengeringan, pembersihan dan pemberian pupuk harus dilakukan secara teratur dan rutin.
5. Pembenihan ikan di kolam ikan Desa Partalijulu masih bersifat tradisional, perlu pengenalan teknologi budidaya yang intensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar